Assalamualaikum,
Setelah sekian lama tidak menulis, saya coba untuk menulis kembali. Dulu blog ini saya gunakan hanya untuk tugas akhir salah satu mata kuliah semasa di bangku kuliah, namun insyaAllah blog ini bisa lebih bermanfaat kedepanya, baik untuk pembelajaran saya secara pribadi maupun untuk sharing pengalaman.
Baik pengalaman pertama yang akan saya share adalah berupa perjalanan seorang lulusan baru atau yang biasa disebut dengan fresh graduate dalam mencari pekerjaan. Setelah lulus dari jenjang pendidikan Strata-1, berbagai pilihan bisa diambil untuk melanjutkan perjalanan atau perjuangan hidup, namun yang paling umum adalah bekerja, melanjutkan studi dan membuka usaha. Semenjak saya lulus SMA dan melanjutkan kuliah di Teknik Elektro, bekerja setelah lulus adalah orientasi saya, bekerja dibidang pertambangan atau perminyakan (oil and gas) adalah impian saya sejak masuk teknik. Alasannya sederhana yakni gaji yang tinggi, kesehatan terjamin dan bisa hidup sejahtera. Namun tidak semua apa yang telah kita rencanakan akan tercapai atau terlaksana, buktinya di tahun 2014-2016 industri minyak sedang jatuh yakni dengan turunya harga minyak dunia, tidak sedikit perusahaan yang rela mem-PHK karyawanya apalagi berharap adanya rekrutan untuk fresh graduate, sehingga mimpi bekerja di perusahaan tambang dan minyak terkemuka layaknya PT.Newmont, PT.Freeport, PT.Chevron, PT.Total EP, PT.BP, PT.Pertamina, dll hilanglah sudah. Namun apa mimpi cuman disitu saja? Tentu saja tidak.
Saya adalah seseorang dengan tipe kepribadian yang sulit sekali untuk keluar dari zona nyaman, pikiran sederhana saya setelah lulus kemudian dapat berkarir dengan baik di perusahaan yang bonafit dengan gaji yang tinggi serta kesejahteraan yang baik. Ketika mulai mengerjakan skripsi di tahun 2015 mulailah mimpi-mimpi lain bermunculan, dan mimpi-mimpi ini levelnya lebih rendah dari mimpi sebelumnya, ya Perushaan Listrik Negara (PLN) menjadi impian saya berikutnya. Prospek industri listrik yang menjanjikan di masa mendatang dan terlebih lagi didukung dengan program pengadaan listrik 35.000 MW dari pemerintahan era presiden Joko Widodo makin menguatkan mimpi saya untuk berkarir di PLN. Sembari mengerjakan skripsi, saya juga sibuk mencari informasi tentang beasiswa perusahaan dan lowongan pekerjaan untuk mahasiswa semester akhir.
Dengan doa dan usaha, alhamdulillah sayapun berhasil mendapatkan beasiswa ikatan dinas dari salah satu perusahaan konsultasi dibidang perminyakan, PT.Synergy Engineering namanya, cukup asing ditelinga saya, namun besaran beasiswa yang ditawarkan cukup menjanjikan serta adanya ikatan dinas selama 2 tahun yang membuat saya langsung bekerja di perusahaan tersebut mendorong saya untuk mengikuti program beasiswa ini yang cukup spesifik untuk beberapa jurusan saja di fakultas teknik. Namun seperti sebelumnya tak selamanya apa yang kita harapkan akan terjadi sesuai dengan harapan, kejadian tak mengenakan saya alami dari beasiswa ini, dengan ikatan dinas yang sudah ditandatangani, perusahaan tidak memberikan hak beasiswa sesuai dengan besaran yang dijanjikan, sulitnya untuk menjalin komunikasi dengan pihak HRD juga menjadi masalah tidak adanya kepastian. Karena pengharapan yang tinggi tidak dibarengi dengan kenyataan yang ada, akhirnya saya memilih untuk fokus mengerjakan skripsi tanpa memikirkan beasiswa ini lagi dan mencari-cari beasiswa atau lowongan pekerjaan dari perusahaan lain.
PT.Wijaya Karya (Persero) Tbk dan PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Tbk menjadi tujuan saya, kedua perusahaan ini adalah perusahaan yang sangat terkenal dan tidak asing namanya di telinga karena bisnisnya yang sudah cukup terkenal di Indonesia.
WIKA atau Wijaya Karya adalah salah satu dari 4 BUMN terbaik yang bergerak dibidang jasa konstruksi. Saya mengikuti seleksi pegawai WIKA melalui jalur beasiswa ikatan dinas yang saya daftarkan saat saya masih kuliah di semester 8. Singkat cerita saya berhasil lulus di WIKA sebelum saya lulus kuliah dan untungnya WIKA mau menunggu hingga saya lulus. Dan tes PLN pun akhirnya saya tinggalkan karena sudah ada jaminan dari WIKA dan skripsi masih menjadi fokus utama sebagai syarat utama kelulusan.
Setelah saya wisuda di bulan agustus 2015, saya langsung menandatangani kontrak dengan WIKA di bulan september 2015, alhamdulillah berkat pertolongan Allah saya diberi kesempatan untuk langsung bekerja di salah satu perusahaan terbaik di Indonesia. Sejuta mimpi dan harapan timbul di benak saya ketika menginjakan kaki di Jakarta, ibukota yang terkenal keras dengan ketatnya persaingan. Hal ini membuat saya bangga karena alhamdulillah selalu bisa menginjakan kaki di tempat yang terbaik, 9 tahun bersekolah di tempat terbaik di kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, 4 tahun berkuliah di Universitas terbaik di Yogyakarta, bahkan Indonesia dan akhirnya dapat bergabung dengan salah satu perusahaan konstruksi terbaik di Indonesia.
Setelah menandatangani kontrak, barulah kekecewaan muncul, mulai dari salary yang kecil yang diperparah dengan tahapan menjadi pegawai tetap yang cukup sulit karena setelah OJT calon pegawai ada kemungkinan tidak lulus dan tidak jadi pegawai tetap. Kekhawatiran ini diperparah dengan isu-isu dari senior yang menakutkan, tapi hal ini tidak membuat saya gentar karena siapa yang bersungguh-sungguh baik usaha dan doa tentunya tidak akan gagal. Keanehan mulai muncul ketika pengumuman penempatan untuk OJT atau istilah kerenya On The Job Training, saya yang semula sangat tertarik dengan keilmuan di bidang mesin listrik dan pembangkitan listrik yang sesuai dengan bidang ilmu yang saya pelajari di bangku perkuliahan ditempatkan di anak perusahaan yang bergerak dibidang pembangunan High Rise Building khusus properti atau yang dikenal dengan nama PT.WIKA Realty. Hal ini cukup membuat saya kecewa dan bertanya-tanya mengapa saya ditempatkan di anak perusahaan? mengapa saya ditempatkan pada konstruksi bangunan gedung? padahal harapan saya bisa masuk departemen Power Plant & Energy atau Industrial Plant. Kesedihan yang saya alami semakin menjadi ketika semakin lama sadar ternyata saya tidak membawa nama WIKA tapi membawa nama WIKA Realty, cukup kecewa karena dari 17 orang dalam batch saya, hanya saya yang ditempatkan di anak perusahaan yang kebetulan bisinisnya sedang mengalami penurunan.
Keluh kesah pun saya lontarkan ke orang tua saya yang selalu setia mendukung saya dan memberikan masukan serta nasihat-nasihat yang membangun. Akhirnya semangat kembali muncul, saya tetapkan target untuk lulus murni OJT dan menjadi pegawai tetap dengan harapan kesejahteraan yang didapat akan lebih baik ketika sudah menjadi pegawai tetap. Banyak godaan yang saya alami untuk keluar saat OJT, salah satunya adalah banyaknya rekrutmen PLN yang diadakan diseluruh wilaya Indonesia, namun ketidakmungkinan untuk meninggalkan pekerjaan dan mengikuti tes PLN mengurungkan niat saya dan fokus pada pekerjaan saya di WIKA Realty. Godaan lainya juga muncul dari senior dan teman-teman saya yang diterima di WIKA, 4 orang senior dan teman saya yang diterima di WIKA memilih keluar dari WIKA saat masih menjalani OJT karena diterima di perusahaan lain yang salarynya lebih besar dari WIKA dan jaminan menjadi pegawai tetapnya lebih baik, hal ini menurut saya harusnya menjadi evaluasi dari SDM WIKA sendiri karena mereka telah merelakan 4 orang sarjana teknik elektro terbaik di Indonesia karena tidak adanya jaminan yang pasti dari perusahaan dengan nilai lebih dari perusahaan yang bisa membuat calon karyawan bertahan padahal berapa banyak dana yang telah dihabiskan WIKA untuk melakukan proses rekrutmen.
Singkat cerita sayapun bertahan di WIKA Realty dan akhirnya berhasil menjadi pegawai tetap dengan nilai diatas standar yang menjadikan saya otomatis sebagai pegawai tetap. Rasa senang tentu ada karena menyandang status sebagai karyawan BUMN walaupun sebenarnya saya ditempatkan di anak perusahaan. Kembali dalam diri saya timbul rasa ragu tentang bagaimana penggajian serta karir di WIKA Realty yang notabene adalah anak perusahaan yang organisasinya dan bisnisnya tak sebaik perusahaan induk. Akhirnya tiba saat penggajian pertama setelah pengangkatan sebagai pegawai tetap, kaget dan kecewa bukan main karena gaji saya terbilang kecil untuk standar S1 di jakarta dibanding perusahaan lain yang nilainya juga berbeda dengan apa yang sudah disampaikan HRD WIKA Pusat kepada saya. Kemudian sayapun bertanya kepada semua teman yang penempatan di Jakarta juga, karena sama-sama tidak mendapatkan detasir atau tunjangan kemahalan, dan ternyata memang ada perbedaan perhitungan gaji dan nominal antara perusahaan induk dan anak perusahaan. Selain itu saya juga mengamati jenjang karir di WIKA Realty untuk lulusan Elektro masih tidak jelas, seorang lulusan teknik elektro atau mesin di konstruksi bangunan gedung pasti akan ditempatkan sebagai Pelaksana MEP atau produksi pekerjaan MEP (Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing), dan tidak ada jalur untuk menjadi manajer proyek dan jabatan strategis lain di kantor pusat.
Selama bekerja di WIKA Realty pun tidak pernah sama sekali saya dapatkan pelatihan peningkatan kompetensi khususnya dibidang keilmuan saya, bonus tahunanpun tidak didapat seperti teman-teman saya yang ditempatkan di WIKA Induk. Pertanyaan pun sudah saya layangkan mengenai penggajian dan pemindahan penempatan, namun nihil jawaban berarti dari pihak HRD atau Divisi SDM. Dan akhirnya dibulan Oktober 2016 setelah kurang lebih bekerja selama satu tahun saya putuskan untuk resign dan menganggur untuk fokus belajar dan mendaftar pekerjaan lainya, karena saya anggap terlalu banyak ketidak adilan yang saya terima dari perusahaan serta jam kerja yang terbilang sangat ekstrem tanpa adanya uang lembur membuat saya memutuskan untuk keluar. Saat ini saya sedang menjalani tes di beberapa perusahaan dan semoga saya bisa mendapat pekerjaan di tempat yang baru.
Dari cerita ini yang dapat saya simpulkan adalah nama besar perusahaan tidak menjamin bisa menjadi wadah yang baik dalam pengembangan diri kita sebagai individu, kemudian jenjang karir yang baik kedepanya juga harus difikirkan, setelah bekerja 5,10,15 tahun dst kita akan menjadi apa di perusahaan tersebut. Dan yang terpenting work-life balance di perusahaan seperti apa.
Sekian yang dapat saya tulis, untuk tulisan pertama setelah lama vakum ini, semoga bisa bermanfaat terutama dalam memilih perusahaan, mungkin kedepanya saya bisa sharing tentang pengalaman menjadi job seeker dan tahapan dalam rekrutmen suatu perusahaah.
Dari cerita ini yang dapat saya simpulkan adalah nama besar perusahaan tidak menjamin bisa menjadi wadah yang baik dalam pengembangan diri kita sebagai individu, kemudian jenjang karir yang baik kedepanya juga harus difikirkan, setelah bekerja 5,10,15 tahun dst kita akan menjadi apa di perusahaan tersebut. Dan yang terpenting work-life balance di perusahaan seperti apa.
Sekian yang dapat saya tulis, untuk tulisan pertama setelah lama vakum ini, semoga bisa bermanfaat terutama dalam memilih perusahaan, mungkin kedepanya saya bisa sharing tentang pengalaman menjadi job seeker dan tahapan dalam rekrutmen suatu perusahaah.
Terima kasi atas perhatianya,
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar